"Pendidikanlah yang membentangkan jalan keluar dari kemiskinan". Hal inilah yang ingin disampaikan sang sutradara, Ifa Isfansyah.
Sebuah kisah inspiratif tentang keberanian dan perjuangan perjuangan anak muda dengan keterbatasan ekonomi yang menembus batas ketakutan, untuk keluarga dan cinta.
Film ini merupakan adaptasi novel berisi kisah sukses dengan nilai-nilai inspiratif, dengan judul yang sama ‘9 Summers 10 Autumns’ yang ditulis oleh Iwan Setyawan.
Novel ini memang berisi kisah sejati Iwan yang datang dari Batu, Malang, yang dikenal dengan sebutan Kota Apel, hingga berhasil mewujudkan mimpinya bekerja di Nielsen Company, New York, Big Apple.
Ifa mengatakan, film ini sangat unik karena memiliki rentang waktu yang sangat panjang dalam ceritanya, yaitu dari tahun 1974 sejak sang tokoh utama lahir, hingga 2010. Hal itu memberikan tantangan tersendiri untuk menghadirkan suasana tempo dulu dengan detail.
"Kesulitan lain karena tokoh utamanya masih ada, itu jadi tantangan sendiri, sehingga membutuhkan waktu satu tahun lebih untuk menyelesaikannya, apalagi proses syuting yang berjalan dari Batu, Bogor, Jakarta hingga New York. Film ini juga bisa mewakili impian banyak orang dan itu semua bisa dicapai berkat kegigihan, cinta dan kebersamaan keluarga,” baru-baru ini.
Dibalik tampilannya yang terbilang simpel, bisa ditemukan sarat-sarat akan nilai-nilai keluarga yang turut membangunnya jadi sebuah karya yang inspiratif. Film ini memang mengajarkan untuk berusaha mengejar mimpi, terkadang bersama orang-orang terdekat.
Kekayaan makna inilah yang memicu Artura Insanindo dan Angka Fortuna Sinema untuk mendokumentasikan kisah tersebut menjadi sebuah film layar lebar.
"9 Summer 10 Autumns" dibintangi oleh Ihsan Tarore sebagai tokoh utama yang memerankan sosok Iwan Setyawan. Lalu ada juga Alex Komang sebagai ayah Iwan berprofesi supir angkot dan Dewi Irawan sebagai ibunya serta Agni Pratistha dan Dira Sugandi sebagai kakaknya.
Wujudkan Mimpi
Film ini mengangkat kisah seorang anak sopir angkot di Kota Batu, Jawa Timur, Iwan Setyawan. Iwan yang dipanggil Bayek hidup bersama empat saudara perempuannya di tengah segala keterbatasan dan mimpi-mimpi untuk bisa hidup lebih baik. Apalagi ia tak tumbuh seperti yang diinginkan ayahnya yang keras.
Ketimbang jadi serba jantan di tengah kehidupan luar rumah yang keras, Iwan memilih bergelimang dengan buku-buku pelajaran. Kegemarannya terhadap matematika justru berhasil mengantarkannya ke bangku kuliah di Bogor, jadi lulusan terbaik dan mengejar mimpinya hingga ke New York.
Masa lalu getir yang memunculkan banyak masalah psikologis, tapi juga dibalik semua itu, ada kehangatan dan dukungan keluarga yang tak pernah bisa dilupakannya.
Sejak kecil, Iwan Setyawan, tokoh utama dalam film ini diajarkan untuk menjadi seorang lelaki yang tangguh lagi berani oleh ayahnya dengan cara yang keras. Ayahnya seperti takut kalau Iwan akan sama kemayunya dengan adik dan kakaknya yang semuanya perempuan. Meskipun begitu, Iwan tetaplah anak yang istimewa.
Berkat perjuangan, doa ibu dan didikan keras sang ayah, Iwan yang tadinya hanya pegawai kantor biasa, berhasil menembus impian yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan. Yaitu bekerja pada sebuah perusahaan di kota New York, Amerika Serikat. Iwan yang hanya anak seorang supir angkot dari Batu, Malang tak disangka-sangka berhasil menginjakkan kaki di tanah impian.
Di balik sukses Iwan, ada kekuatan besar yang selalu menguatkannya, yaitu kebersamaan dan kasih sayang keluarganya.
Lihat galeri foto di belakang layar pembuatan film ini di sini