Jakarta - Musik keroncong yang merupakan bagian dari tradisi dan budaya di Indonesia terancam punah. Sebagian besar generasi muda tidak mengenal musik yang pernah jaya di era 1970-an itu. Agar minat gerenasi muda terhadap musik keroncong kembali bangkit, pada Maret mendatang akan digelar Festival Keroncong Muda Indonesia 2015.
“Musik Keroncong hampir punah. Musik jenis ini sudah hampir dilupakan generasi muda,” ujar panitia festival, Windoto Aribowo di Jakarta, Jumat (30/1) malam.
Windoto merupakan Ketua Yayasan Sekolah Pilar Indonesia, sebuah sekolah internasional yang tetap mengajarkan akar budaya bangsa Indonesia. Dikatakannya, festival yang mengambil tema “Potret Keroncong Muda” itu akan digelar pada 14 Maret 2015. Lokasi festival di gedung Sekolah Pilar Indonesia yang ada di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Festival akan dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Baswedan.
Menurut Windoto, peserta festival adalah kelompok musik keroncong yang dimainkan oleh anak-anak muda. Usia maksimal peserta adalah 20 tahun. Kelompok peserta berasal dari seluruh Indonesia, meski sebagian besar berasal dari Pulau Jawa.
“Jumlah peserta akan kami batasi. Peserta dari seluruh Indonesia, meski sebagian besar dari Jawa. Ada beberapa daerah yang memiliki kelompok musik Keroncong. Hadiah yang akan diberikan berupa uang pembinaan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, festival musik keroncong dipilih untuk memperkenalkan anak-anak muda dengan akar budaya bangsa. Widonto yang juga pengurus Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (Hamkri) itu mengatakan, di beberapa daerah sebenarnya ada anak-anak yang berbakat di musik ini.
“Contohnya, di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Kami menemukan seorang anak yang bisa menyanyikan lagu keroncong dengan baik. Dia kami beri beasiswa sekolah,” ujarnya.
Dikatakan, pada era sekarang ini musik keroncong mengalami perubahan yang signifikan. Musik keroncong asli hanya terdiri dari sekitar 7 alat musik. Namun, sesuai perkembangan zaman, musik keroncong juga bisa dipadukan dengan alat musik modern, seperti drum. Bahkan, ada jenis musik keroncong yang bersifat inkulturisasi, yakni dipadukan dengan alat-alat musik tradisional, seperti sasando atau gendang.
“Bahkan, ada penyanyi keroncong yang memiliki warna suara rock. Jadinya unit. Pada festival nanti, kami terbuka terhadap perkembangan musik keroncong itu. Peserta akan membawakan dua lagu, yakni lagu wajib dan lagu pilihan. Lagu pilihan terserah peserta. Mereka bisa membawakan lagu-lagu pop atau rok dengan irama keroncong. Asalkan tema lagu sesuai dengan usia mereka,” ujarnya.
Windoto juga mengatakan, festival musik keroncong digelar sesuai dengan konsep Sekolah Pilar Indonesia. Meski berbasis kurikulum internasional, dimana bahasa sehari-hari yang digunakan di sekolah adalah bahasa Inggris, budaya dan tradisi asli Indonesia tetap diperkenalkan di sekolah itu.
Dia mencontohkan, setiap hari sebelum masuk ke kelas masing-masing, semua murid menyanyikan sebuah lagu daerah. Setiap hari lagu yang dinyanyikan berbeda-beda. Bahkan, saat jam istirahat, sound system di sekolah memutar lagu-lagu daerah dan keroncong.
Widonto menjelaskan betapa pentingnya menanamkan akar budaya bangsa Indonesia kepada anak-anak sejak usia dini. Hal itu sejalan dengan program pendidikan karakter yang tengah diterapkan pemerintah saat ini.
Penulis: Asni Ovier/MUT
Sumber:Suara Pembaruan