Powered by Blogger.

Popular Posts Today

Supermarket Finansial Citigroup

Written By Unknown on Sunday, February 26, 2012 | 4:33 PM


Sepertinya dapat dikatakan, supermarket finansial yang pertama kali dirintis oleh Citigroup akhirnya mati. Dinamakan supermarket finansial karena Citi berupaya menawarkan hampir semua jasa keuangan yang dibutuhkan pelanggannya. Sebut saja dari pinjaman konsumen hingga investment banking.


Nah, kini, dengan dijualnya unit broker Smith Barney kepada Morgan Stanley, tentu layanan yang diberikan Citi tak selengkap dulu.

Kesepakatan antara Citigroup dan Morgan Stanley akhirnya tercapai setelah Citi membutuhkan dana segar sebagai modal kerjanya yang semakin tergerus akibat krisis kredit berbasis mortgage. Bahkan, saat ini beredar spekulasi bahwa CEO Citi Vikram Pandit akan mengambil langkah lebih jauh untuk merampingkan dan memfokuskan unit usahanya.

Tak heran, banyak orang di Wall Street percaya, Citigroup perlahan-lahan akan semakin tidak eksis jika terus berada di bawah pengawasan Pemerintah AS. Sekadar mengingatkan, Pemerintah AS memang mengempit sebagian saham Citigroup melalui penggelontoran dana bailout beberapa waktu lalu.

“Saya rasa dalam 12 bulan, Citigroup tidak akan eksis lagi,” ujar William Smith dari Smith Asset Management yang juga memiliki saham Citigroup.

Smith memang meyakini, bailout yang diberikan akan memberikan pemerintah kekuasaan untuk memaksa Citigroup untuk melakukan tindakan-tindakan yang menurutnya sangat tidak sesuai untuk diterapkan pada saat ini.

Sekadar kilas balik, konsep supermarket finansial yang selama ini dijalankan Citi ditelurkan oleh Sandy Weil yang merupakan mantan CEO Citi.

Awal mula tercetusnya ide untuk membuat konsep Supermarket Finansial adalah adanya keinginan Citi memberikan layanan yang lengkap kepada nasabahnya. Dengan demikian, nasabahnya dapat menabung, meminjam, dan berinvestasi di satu perusahaan saja. Citigroup memang memiliki semua layanan itu, mulai dari retail and business banking operations, investment banking business, broker, bahkan asuransi perjalanan.

Nah, bagaimana satu perusahaan menangani berbagai macam perusahaan yang sudah terspesialisasi merupakan pertanyaan yang menghantui para pemegang saham sejak dilakukannya deregulasi industri perbankan pada 1990-an. Kini, kekhawatiran itu terjawab sudah. Ternyata, sangat sulit mengatur beragam bisnis dalam waktu yang bersamaan.

Sebenarnya, model usaha yang dijalankan JPMorgan Chase & Co juga seperti supermarket. Namun, JPMorgan tidak memiliki jangkauan luas secara internasional seperti halnya Citigroup. Demikian pula halnya dengan Bank of America (BoA) yang punya banyak bisnis kelolaan. Namun, BoA tetap memilih untuk fokus di cakupan wilayah AS saja.

Jika dibandingkan, para analis menilai bahwa para perbankan raksasa ini lebih terkoordinasi dan terintegrasi dengan lebih baik dibandingkan dengan Citigroup. “Permasalahan dengan Citi adalah modelnya, eksekusi, dan manajemen. Bagaimana sebuah perusahaan bisa melalui satu dekade tanpa terintegrasi?” kata Smith
4:33 PM | 1 komentar | Read More

5 Langkah Hentikan Konflik Finansial


Pertengkaran pasangan menikah seputar keuangan tak hanya memengaruhi psikis, tetapi juga fisik. Apalagi jika Anda dan pasangan memiliki sifat yang bertolak belakang. Misalnya, Anda senang berbelanja, suami senang menabung. Rasa bersalah yang kerapkali muncul membuat suasana tak lagi nyaman. Apalagi jika salah satu pihak berada di sisi yang benar, dan di sisi lain ada pihak yang merasa menjadi biang masalah karena kebiasaan buruk dalam menggunakan uang.

"Uang menjadi simbol yang kuat tentang kekuasaan dan kontrol. Bagaimana pasangan mengelola uang merefleksikan karakter mereka sebagai pasangan," kata Scott Stanley PhD, Wakil Direktur Center for Marital and Family Studies, University of Denver, yang juga penulis You Paid How Much for That?!: How to Win at Money Without Losing at Love.

Terapis pernikahan di Los Angeles, Steven C Schoger PsyD, mengamini pernyataan ini. Menurut analisnya, orang yang senang menghabiskan uang akan tertarik deRata Penuhngan orang yang lebih senang menyimpan uangnya sebagai tabungan. Ketertarikan ini muncul karena kebutuhan penggemar belanja untuk menyelamatkan dirinya. Masalah muncul dalam pasangan ketika penggemar belanja ini mengambil alih kontrol keuangan dan berjalan bertentangan dengan penggemar menabung.

"Pasangan yang bisa saling menerima pandangan berbeda tentang uang dan penggunaanya akan lebih mudah menyelesaikan masalah keuangan. Pasangan akan membantu menyelesaikan masalah keuangan, dan bukan menghukum Anda," jelas Dr Schoger.

Simak lima langkah berikut untuk menghentikan pertengkaran pasangan seputar uang. Terutama jika masalahnya terletak pada perilaku tak sehat dalam berbelanja.

1. Matikan televisi dan berbincanglah
Mulailah pembicaraan tentang masalah keuangan dalam suasana tenang. Matikan televisi dan duduklah bersama untuk membicarakan masalah Anda dan pasangan. Jika suasana sedang memanas, sebaiknya cari waktu bicara di pagi hari.

Saat membicarakan masalah keuangan, diskusikan apa yang menjadi harapan Anda dan pasangan soal finansial, apa yang menjadi kekhawatiran, bahas juga berbagai tagihan yang perlu dibayarkan bahkan hingga rahasia kecil seputar uang. Yang tak kalah penting adalah bicarakan jumlah uang Anda dan pasangan, termasuk juga berapa jumlah tabungan Anda.

Ketika berkomunikasi, berikan kesempatan kepada masing-masing individu untuk mengungkapkan pendapatnya. Pastikan Anda dan pasangan saling mendengarkan saat salah satu pihak sedang berbicara.

"Pasangan bisa menyelesaikan masalah yang terjadi di antara mereka hanya jika keduanya saling mendengarkan," kata Jeffrey Dew PhD, profesor bidang keluarga, konsumen, dan pengembangan SDM di Utah State University. Agar mudah memahami pasangan saat membicarakan problem finansial, cobalah untuk mengenali bagaimana orangtua pasangan mengelola keuangannya.

"Cara Anda mengelola keuangan erat kaitannya dengan cara orangtua mengelola keuangannya," jelas Dr Schoger menambahkan dengan mengetahui latar belakang sejarah keluarga ini membantu Anda lebih memahami dan berempati terhadap masalah yang dihadapi pasangan. Kemudian mencari solusi jika ternyata kebiasaan peninggalan dari keluarga ini menimbulkan masalah bagi Anda dan pasangan.

2. Membuat kesepakatan
"Saling melemparkan argumen takkan bisa menyelesaikan masalah keuangan. Argumentasi hanya akan berakhir dengan pembenaran masing-masing individu serta amarah," kata psikolog klinis dan konselor pernikahan Willard Harley Jr PhD.

Harley yang juga adalah penulis His Needs, Her Needs: Building an Affair-Proof Marriage, menambahkan, cara menghentikan saling-silang argumentasi ini adalah membuat kesepakatan. Kesepakatan ini harus ditulis dengan jelas dan ditandatangani oleh Anda dan pasangan. Pada intinya, kesepakatan ini berisi berapa pun penghasilan Anda dan pasangan, keduanya harus terlibat dalam menentukan berapa banyak uang yang bisa dan boleh dibelanjakan.

Kesepakatan bersama ini juga harus berisi penjelasan bahwa Anda dan pasangan bisa bernegosiasi dalam menggunakan uang. Negosiasi ini perlu dijalani dengan tujuan untuk mencari solusi bersama yang disetujui kedua belah pihak. Jika Anda dan pasangan berada dalam kondisi harus memutuskan penggunaan uang, tetapi tak juga menemukan titik temu, sebaiknya jangan membelanjakan uang tersebut. Aturan utamanya adalah Anda dan pasangan bisa menggunakan uang untuk berbelanja kebutuhan tertentu jika kedua belah pihak sudah menyetujuinya tanpa terpaksa.

Negosiasi dalam penggunaan uang bagi pasangan mudah dilakukan jika pasangan membangun kebiasaan bertukar pikiran. Luangkan lebih banyak waktu untuk bertukar pikiran terutama masalah uang. Ketika pasangan sedang mengungkapkan rencananya dalam menggunakan sejumlah dana bersama, jangan langsung memotong pembicaraan dengan mengkritiknya. Dengarkan pasangan berbicara tentang rencananya. Jika waktunya Anda bicara, sampaikan keberatan Anda. Nah, jika proses tukar pikiran ini juga tak berhasil, akhiri pembicaraan. Cari waktu lain untuk melanjutkan pembicaraan.

3. Membuat rencana belanja
Kesepakatan bersama yang sudah dibuatkan menjadi acuan dalam menyusun rencana belanja. Selanjutnya, sebelum menerima gaji bulanan, Anda dan pasangan sudah harus memiliki catatan jelas mengenai rencana belanja.

Mulailah membuat daftar pengeluaran tetap bulanan dan tagihan yang harus dibayarkan setiap bulannya. Hitung jumlah total dan kurangi pendapatan dengan pengeluaran ini. Kurangi lagi sisa penghasilan dengan pengeluaran lain seperti keanggotan gym, langganan TV kabel, dan lainnya. Sebaiknya biasakan membawa alat tulis Anda dan selalu mencatat setiap pengeluaran lain per bulan. Anda bisa menelusuri penggunaan uang Anda dari catatan ini. Dengan demikian, Anda juga bisa memotong pengeluaran yang dirasa tak perlu untuk menyelamatkan finansial Anda dan pasangan.

4. Mengelola utang
Semakin banyak utang, terutama kartu kredit, semakin membuat stres yang memicu pada pertengkaran pada pasangan. Perselisihan dalam pasangan tak selalu berkaitan dengan uang, tetapi sangat dipengaruhi oleh stres karena utang, seperti diungkapkan dalam riset National Marriage Project dari University of Virginia.

Anda dan pasangan perlu menetapkan tujuan bersama, yakni berhenti menambah utang. Simpan kartu kredit Anda, tahan godaannya, dan hindari penggunaan terlalu sering. Lalu mulailah melakukan tindakan agresif untuk membayar semua utang Anda dan pasangan. Pasang target pelunasan utang setiap bulan.

5. Menyenangkan diri sendiri
Usaha keras Anda dan pasangan dalam memperbaiki atau menjaga finansial tetap berada dalam jalur benar juga patut diapresiasi. Lakukan kompromi yang menyenangkan kedua belah pihak, kata Dr Harley. Caranya, sisihkan sejumlah uang, misalnya Rp 450.000 per minggu per orang (atau sesuai kemampuan finansial Anda dan pasangan) untuk digunakan sebebas-bebasnya, tanpa perlu menyertakan laporan penggunaan uang. Pastikan kompromi ini tertulis dalam kesepakatan bersama yang dibuat oleh Anda dan pasangan.

"Negosiasi yang sukses memberikan solusi dari setiap masalah yang menguntungkan kedua belah pihak tanpa menyinggung satu sama lain," kata Dr Harley.
4:32 PM | 0 komentar | Read More

Getarkan Korporasi Global


Bursa saham global bergolak pada hari ketiga, Rabu (17/9). Lehman Brothers bangkrut karena keteledoran CEO Richard Fuld yang dijuluki si ”Gorila”. Kasus Lehman memberi efek domino pada korporasi keuangan global.

Ekonom Rizal Ramli mengatakan, risiko krisis global terhadap Indonesia adalah potensi berhentinya investor menanamkan modal di Indonesia. ”Ini kemudian akan diatasi dengan kebijakan menaikkan suku bunga, mengikuti resep IMF, dan melakukan intervensi di pasar uang untuk mencegah kemerosotan rupiah yang menguras devisa. Kisah sukses ekonomi makro yang diumbar pemerintah pun menjadi hambar,” katanya.

Ini adalah efek dari tsunami keuangan global dengan episentrum di AS, melibatkan mahaguru raksasa keuangan global. Ironis karena lembaga keuangan global itu menjadi bahan studi yang disusun Harvard Business Review dan diajarkan di sekolah-sekolah bisnis karena reputasi mereka. Semuanya hambar di mata investor. Investor kecil kemungkinan akan terselamatkan karena bantuan The Securities Investor Protection Corp (SIPC), pelindung investor kelas teri. ”Kami punya komitmen mencegah kekacauan pasar akibat kebangkrsutan Lehman,” kata Ketua Badan Pengawas Pasar Modal AS (SEC) Christopher Cox.

SIPC tak melindungi investor kelas kakap yang buru-buru menguangkan investasi antara lain di American Insurance General (AIG), salah satu penjual obligasi terbitan Lehman Brothers. Tidak kuat dengan serbuan itu, AIG terpaksa mendapatkan suntikan 85 miliar dollar AS.

Faktor CDS

Imbas kebangkrutan Lehman pada AIG antara lain terkait transaksi credit default swaps (CDS). Ini adalah instrumen pelapis risiko jika obligasi yang dibeli investor atau perusahaan tidak bisa dibayar penerbitnya (default). AIG menjual CDS terkait obligasi terbitan Lehman.

Imbas kasus Lehman tidak saja kepada AIG, tetapi juga menimbulkan kepanikan investor global yang memegang CDS terbitan perusahaan lain. HBOS, perusahaan pembiayaan perumahan Inggris, juga diserbu nasabah. Para pemegang CDS panik. George Soros, pialang internasional, beberapa bulan lalu mengingatkan krisis kepercayaan kepada CDS bisa menggoyang keuangan global dan kini terjadi.

Kolumnis AS, Bryan Zepp Jamieson, pada 20 Juli 2008 menyebutkan, volume CDS mencapai 64 triliun dollar AS, lima kali dari produksi domestik bruto (PDB) AS yang sebesar 13,7 triliun dollar AS. Total transaksi keuangan global terkait obligasi sekitar 700 triliun dollar AS, lebih dari 10 kali PDB global, sebuah ambang batas aman yang terlampaui jauh.

Krisis belum berakhir

Menurut Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn, kerugian akibat krisis keuangan mencapai 1 triliun dollar AS. Sejauh ini kerugian yang terlihat baru 350 miliar dollar AS. Karena itu, Strauss-Kahn mengatakan, krisis finansial global belumlah berakhir. Masih banyak lagi bank yang akan tutup dan terbuka kemungkinan perusahaan investasi lain mundur dari bisnis. ”Faktanya, masih ada beberapa bank lagi di AS yang sedang dalam proses restrukturisasi. Hendaknya kita semua tidak panik walau keruntuhan Lehman membawa ketidakpastian. Pasar finansial masih belum akan tenang dalam waktu dekat ini,” ujarnya.

Gubernur Bank Sentral Italia Mario Draghi yang juga anggota Dewan Direktur Bank Sentral Eropa mengatakan, dampak krisis keuangan itu membutuhkan puluhan tahun untuk bisa diatasi. Draghi memperkirakan, kini lembaga keuangan global memerlukan suntikan dana sebesar 500 miliar dollar AS dan kemungkinan tidak semua bank bisa mendapatkan itu. Itu juga sebabnya Draghi mengingatkan turbulensi masih berpotensi besar untuk terjadi.

Analis lain mengatakan hal senada bahwa pasar finansial masih akan bergejolak. ”Sistem finansial masih akan terus bergolak karena kepanikan investor,” demikian peringatan analis dari CMC, Iain Griffiths.

Faktor keserakahan

Ada keuntungan dari gejolak keuangan yang membuat investor setidaknya untuk sementara berhenti berspekulasi. Hal itu menolong penurunan harga minyak jenis Brent yang mencapai 91,70 dollar AS. Dalam dua hari belakangan ini harga minyak sudah turun 10 dollar AS.

Presiden AS George W Bush menyatakan, kesediaan mengatur perilaku lembaga keuangan sebuah perubahan drastis. Sebelumnya Bush mendukung penuh liberalisasi pasar yang sudah diingatkan ekonom AS, Paul Krugman, bahwa sikap itu berbahaya.

Calon presiden dari Partai Republik, John McCain, mengecam keserakahan Wall Street untuk meraup keuntungan besar dengan bermain pada investasi berisiko tinggi, termasuk CDS, yang tak diatur sama sekali. Namun, kecaman McCain ini ditertawakan capres dari Demokrat, Barack Obama, yang mengatakan, krisis ini adalah buah kinerja Republik delapan tahun terakhir.

Para pemimpin bisnis juga menyadari risiko investasi yang liar, tak diatur hukum, sikap yang menguat setelah kebangkrutan Lehman Brothers. ”Saya yakin kasus Lehman memberi pelajaran bagi pasar untuk berhati-hati,” kata William Brandt Jr, Ketua Development Specialists Inc.


Kerusakan sudah muncul yaitu berupa potensi penurunan pertumbuhan ekonomi. Namun, ekonom mengatakan, walau krisis keuangan ini adalah yang terburuk sejak tahun 1930-an, perekonomian global tak akan jatuh terlalu dalam.

”Keadaan perekonomian akan buruk dan bertahan buruk,” kata John Shoven, Direktur Stanford Institute for Economic Policy Research. ”Namun, ini adalah pil pahit yang lebih bagus kita telan ketimbang ekonomi hancur lebih dalam,” kata Shoven.
4:30 PM | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger