JAKARTA, KOMPAS.com — Darah polisi tak pernah mengalir dalam pohon keluarga Komisaris Jenderal Sutarman. Kepala Badan Reserse Kriminal Polri yang kini menjadi calon tunggal Kapolri itu menjadi satu-satunya orang yang terjun ke dunia kepolisian.
Sutarman bertutur, dirinya melewati awal kariernya dengan susah payah. Sebagai anak petani, Sutarman mengaku hidup penuh dengan kesulitan.
“Saya berasal dari keluarga petani miskin, tapi hal itu yang membuat kami sekeluarga menjadi sosok pekerja keras di Sukoharjo,” tutur Sutarman saat berbincang dengan Komisi III DPR di kediamannya, kawasan Bintanto, Tangerang Selatan, Rabu (9/10/2013).
Anak sulung dari lima bersaudara itu mengaku, saat baru menjadi polisi, dia harus menanggung biaya sekolah keempat adiknya. Saat melamar sang istri, Elly Sugiarti, Sutarman pun memberitahukan sejak awal tentang kewajibannya menghidupi adik-adiknya itu. Dia berharap agar Elly tidak meminta kehidupan yang berlebih lantaran gaji Rp 90.000 yang dimiliki Sutarman dianggapnya pas-pasan ketika itu.
“Saya hanya minta dia untuk bisa hidup di asrama, dan bisa membagi gaji saya. Gaji sebesar Rp 90.000 ketika itu saya minta agar dikelola dengan baik agar cukup untuk biaya makan, biaya hidup, biaya adik-adik saya, bagaimana itu caranya harus cukup,” ungkap Sutarman.
Sejak berkarier di dunia kepolisian pada tahun 1982, Sutarman sudah malang melintang menjabat sebagai anak buah bawahan, hingga dipercaya sebagai ajudan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid. Sutarman juga dipercaya sebagai Kapolda Riau, Kapolda Jawa Barat, Kapolda Metro Jaya, dan kini Kabareskrim.
Dari tempat tinggal hanya di asrama, Sutarman pun pelan-pelan mengumpulkan kekayaannya. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tanggal 1 Maret 2012, Sutarman diketahui memiliki total kekayaan sebesar Rp 5,3 miliar plus 24.000 dollar AS. Salah satu harta kekayaan yang dimilikinya adalah rumah luas di bilangan Bintaro yang dikunjungi Komisi III DPR hari ini. Rumah itu, sebut Sutarman, awalnya adalah rumah sederhana. Namun, dia melakukan perluasan sehingga rumahnya menjadi rumah terbesar di Jalan Kucica 10 Nomor 11, Kompleks Perumahan Bintaro Sektor 9, Tangerang Selatan.
“Sejak kecil, saya bekerja keras dan menabung sedikit demi sedikit sehingga punya tempat ini. Begitu pindah ke Jakarta, rumah ini selalu saya tempati karena dibangun dengan susah payah. Rumah ini dulunya adalah tempat jin buang anak. Jadi ini agak lebih besar dibandingkan rumah yang lain karena saya dekat dengan masyarakat Betawi di sini, karena sampingnya ini tanah kampung,” ujar Sutarman.
Beranjak dari kehidupan sederhana, Sutarman menceritakan dirinya juga mengajari ketiga anaknya hidup sederhana. Setiap berulang tahun, Sutarman mengajak anak-anaknya ke panti asuhan.
“Saya tidak mau mereka nanti dianggap sok, atau mentang-mentang anaknya polisi dan sebagainya,” imbuh jenderal bintang tiga ini.
Editor : Caroline Damanik
Anda sedang membaca artikel tentang
Sutarman Curhat soal Masa Lalu yang Sulit sebagai Anak Petani
Dengan url
https://householdfinancialproblems.blogspot.com/2013/10/sutarman-curhat-soal-masa-lalu-yang.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Sutarman Curhat soal Masa Lalu yang Sulit sebagai Anak Petani
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Sutarman Curhat soal Masa Lalu yang Sulit sebagai Anak Petani
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment