Bursa saham global bergolak pada hari ketiga, Rabu (17/9). Lehman Brothers bangkrut karena keteledoran CEO Richard Fuld yang dijuluki si ”Gorila”. Kasus Lehman memberi efek domino pada korporasi keuangan global.
Ekonom Rizal Ramli mengatakan, risiko krisis global terhadap Indonesia adalah potensi berhentinya investor menanamkan modal di Indonesia. ”Ini kemudian akan diatasi dengan kebijakan menaikkan suku bunga, mengikuti resep IMF, dan melakukan intervensi di pasar uang untuk mencegah kemerosotan rupiah yang menguras devisa. Kisah sukses ekonomi makro yang diumbar pemerintah pun menjadi hambar,” katanya.
Ini adalah efek dari tsunami keuangan global dengan episentrum di AS, melibatkan mahaguru raksasa keuangan global. Ironis karena lembaga keuangan global itu menjadi bahan studi yang disusun Harvard Business Review dan diajarkan di sekolah-sekolah bisnis karena reputasi mereka. Semuanya hambar di mata investor. Investor kecil kemungkinan akan terselamatkan karena bantuan The Securities Investor Protection Corp (SIPC), pelindung investor kelas teri. ”Kami punya komitmen mencegah kekacauan pasar akibat kebangkrsutan Lehman,” kata Ketua Badan Pengawas Pasar Modal AS (SEC) Christopher Cox.
SIPC tak melindungi investor kelas kakap yang buru-buru menguangkan investasi antara lain di American Insurance General (AIG), salah satu penjual obligasi terbitan Lehman Brothers. Tidak kuat dengan serbuan itu, AIG terpaksa mendapatkan suntikan 85 miliar dollar AS.
Faktor CDS
Imbas kebangkrutan Lehman pada AIG antara lain terkait transaksi credit default swaps (CDS). Ini adalah instrumen pelapis risiko jika obligasi yang dibeli investor atau perusahaan tidak bisa dibayar penerbitnya (default). AIG menjual CDS terkait obligasi terbitan Lehman.
Imbas kasus Lehman tidak saja kepada AIG, tetapi juga menimbulkan kepanikan investor global yang memegang CDS terbitan perusahaan lain. HBOS, perusahaan pembiayaan perumahan Inggris, juga diserbu nasabah. Para pemegang CDS panik. George Soros, pialang internasional, beberapa bulan lalu mengingatkan krisis kepercayaan kepada CDS bisa menggoyang keuangan global dan kini terjadi.
Kolumnis AS, Bryan Zepp Jamieson, pada 20 Juli 2008 menyebutkan, volume CDS mencapai 64 triliun dollar AS, lima kali dari produksi domestik bruto (PDB) AS yang sebesar 13,7 triliun dollar AS. Total transaksi keuangan global terkait obligasi sekitar 700 triliun dollar AS, lebih dari 10 kali PDB global, sebuah ambang batas aman yang terlampaui jauh.
Krisis belum berakhir
Menurut Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn, kerugian akibat krisis keuangan mencapai 1 triliun dollar AS. Sejauh ini kerugian yang terlihat baru 350 miliar dollar AS. Karena itu, Strauss-Kahn mengatakan, krisis finansial global belumlah berakhir. Masih banyak lagi bank yang akan tutup dan terbuka kemungkinan perusahaan investasi lain mundur dari bisnis. ”Faktanya, masih ada beberapa bank lagi di AS yang sedang dalam proses restrukturisasi. Hendaknya kita semua tidak panik walau keruntuhan Lehman membawa ketidakpastian. Pasar finansial masih belum akan tenang dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Gubernur Bank Sentral Italia Mario Draghi yang juga anggota Dewan Direktur Bank Sentral Eropa mengatakan, dampak krisis keuangan itu membutuhkan puluhan tahun untuk bisa diatasi. Draghi memperkirakan, kini lembaga keuangan global memerlukan suntikan dana sebesar 500 miliar dollar AS dan kemungkinan tidak semua bank bisa mendapatkan itu. Itu juga sebabnya Draghi mengingatkan turbulensi masih berpotensi besar untuk terjadi.
Analis lain mengatakan hal senada bahwa pasar finansial masih akan bergejolak. ”Sistem finansial masih akan terus bergolak karena kepanikan investor,” demikian peringatan analis dari CMC, Iain Griffiths.
Faktor keserakahan
Ada keuntungan dari gejolak keuangan yang membuat investor setidaknya untuk sementara berhenti berspekulasi. Hal itu menolong penurunan harga minyak jenis Brent yang mencapai 91,70 dollar AS. Dalam dua hari belakangan ini harga minyak sudah turun 10 dollar AS.
Presiden AS George W Bush menyatakan, kesediaan mengatur perilaku lembaga keuangan sebuah perubahan drastis. Sebelumnya Bush mendukung penuh liberalisasi pasar yang sudah diingatkan ekonom AS, Paul Krugman, bahwa sikap itu berbahaya.
Calon presiden dari Partai Republik, John McCain, mengecam keserakahan Wall Street untuk meraup keuntungan besar dengan bermain pada investasi berisiko tinggi, termasuk CDS, yang tak diatur sama sekali. Namun, kecaman McCain ini ditertawakan capres dari Demokrat, Barack Obama, yang mengatakan, krisis ini adalah buah kinerja Republik delapan tahun terakhir.
Para pemimpin bisnis juga menyadari risiko investasi yang liar, tak diatur hukum, sikap yang menguat setelah kebangkrutan Lehman Brothers. ”Saya yakin kasus Lehman memberi pelajaran bagi pasar untuk berhati-hati,” kata William Brandt Jr, Ketua Development Specialists Inc.
Kerusakan sudah muncul yaitu berupa potensi penurunan pertumbuhan ekonomi. Namun, ekonom mengatakan, walau krisis keuangan ini adalah yang terburuk sejak tahun 1930-an, perekonomian global tak akan jatuh terlalu dalam.
”Keadaan perekonomian akan buruk dan bertahan buruk,” kata John Shoven, Direktur Stanford Institute for Economic Policy Research. ”Namun, ini adalah pil pahit yang lebih bagus kita telan ketimbang ekonomi hancur lebih dalam,” kata Shoven.
Anda sedang membaca artikel tentang
Getarkan Korporasi Global
Dengan url
http://householdfinancialproblems.blogspot.com/2012/02/getarkan-korporasi-global.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Getarkan Korporasi Global
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment