JAKARTA, KOMPAS.com — Pelatihan sepak bola di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, memerlukan standard operating procedure/ SOP (panduan pelaksanaan yang standar). Panduan itu akan membantu pembinaan dan proses seleksi pemain tim nasional.
Hal itu disampaikan mantan pemain tim nasional Anjas Asmara, Sabtu (9/3/2013) di Jakarta, saat melihat latihan para pemain calon tim nasional Anggi, Mario Aibekop, Husin Rahaningmas, Raphael Maitimo, dan Musafri (Perseman Manokwari). Mereka sedang berlatih fisik-teknik, penyelesaian akhir, dan ritme di Lapangan C, Senayan.
"Pembinaan dari Sabang-Merauke harus online, satu panduan, atau SOP. Panduan itu didesain sama untuk semua sehingga nantinya mudah mengumpulkan mereka dalam tim nasional. Dua sampai tiga hari bertemu, timnas sudah matang," kata mantan pemain Timnas 1965-1980 itu.
Anjas mengatakan, panduan itu berisi kriteria-kriteria standar dari seorang pemain pada suatu posisi. Selain itu, Anjas juga mengusulkan kepada para pemain untuk menambah porsi latihan pribadi.
"Latihan dua sesi saja tidak cukup. Dulu, tahun 1975, kami berlatih pagi, siang, sore, dan malam di bawah arahan Will Corver pelatih asal Belanda," ujar Anjas.
Pada sesi latihan pagi, kata Anjas, pelatih meminta pemain mengasah kemampuan individu. Sesi siang mengasah permainan satu lawan satu, dua lawan dua, atau tiga lawan tiga. Kemudian, sesi sore adalah sesi pertandingan.
"Pada sesi malam, kami diminta latihan berlari 100 meter di perkebunan kopi. Kami dilatih untuk gesit, elastis dan lincah sambil diterangi cahaya petromaks," katanya.
Menurut Anjas, tempat latihan pun kala itu berpindah-pindah seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, dan Sumatera.
Dalam kunjungannya itu, Anjas memberi masukan bagi Pelatih Kepala Timnas Luis Manuel Blanco, tentang tipikal pemain Indonesia, yaitu cenderung bermain bola-bola pendek dan cepat. "Postur tubuh pemain Indonesia pendek dan kecil, tidak cocok diberi materi bola-bola panjang," tutur Anjas.
Senada dengan Anjas Asmara, mantan pemain nasional Johanes Auri juga mengingatkan pentingnya menambah porsi latihan pribadi. "Bila pertandingan berjalanan 90 menit, maka porsi latihan tidak cukup hanya dua jam. Porsi latihan harus 2 x 90 menit," papar Johanes Auri, mantan pemain Persipura dan Perseman Manokwari.
Johanes Auri juga mengatakan, pengurus sepak bola seharusnya memiliki bank data atau pangkalan data yang berisi peta kekuatan masing-masing negara. "Pengurus sepak bola perlu menonton langsung pertandingan-pertandingan yang ada, lalu menganalisis dan mempresentasikan temuannya pada tim nasional. Analisis itu dihimpun dan disimpan dalam satu data base," katanya.
Namun, menurut Johanis yang juga menjabat Komisi Etika PSSI, PSSI tidak memiliki bank data tersebut. Mengenai optimisme melawan Arab Saudi pada 23 Maret mendatang, kedua mantan pemain nasional itu berharap Indonesia dapat meminimalisasi ketertinggalan dengan negara-negara lain. "Saya ingin sepak bola Indonesia menjadi raja lagi di Asia," kata Anjas Asmara yang juga mantan pemain Persija, Jakarta.
Anda sedang membaca artikel tentang
Pelatihan Sepak Bola di Seluruh Indonesia Perlu SOP
Dengan url
http://householdfinancialproblems.blogspot.com/2013/03/pelatihan-sepak-bola-di-seluruh.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Pelatihan Sepak Bola di Seluruh Indonesia Perlu SOP
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Pelatihan Sepak Bola di Seluruh Indonesia Perlu SOP
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment