Perang Tarif Hotel Mulai Terjadi di Bandung

Written By Unknown on Monday, October 22, 2012 | 4:46 PM


BANDUNG, KOMPAS.com - Pertumbuhan hotel di Jawa Barat, terutama Bandung, memberi dampak pada persaingan tarif hotel yang tidak sehat. Hal tersebut sudah mulai terjadi di Bandung. Demikian diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar pada acara seminar "Bandung Tourism Outlook 2013" di GH Universal Hotel, Bandung, Senin (22/10/2012).


"Saya salut dengan satu hotel di Bandung, saya kirim tamu ke hotel bintang tiga ini, dia nggak mau kasih harga turun. Tetapi ada hotel-hotel bintang empat dan lima malah di weekdays kasih tarif di bawah 500 ribu rupiah," tutur Herman yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Promosi Pariwisata Jawa Barat.


Ia menambahkan kondisi bintang empat dan lima yang menurunkan harga membuat hotel-hotel bintang dua ke bawah protes dan kebingungan untuk memasang tarif.


Sebagai gambaran, ungkap Herman, terdapat 168 hotel di Jawa Barat. "Total okupansi 35 sampai 40 persen. Ini seluruh Jawa Barat. Di Bandung memang bisa tinggi, tetapi di daerah lain, kita lihat di Pangandaran okupansi 29 persen. Pelabuhan Ratu yang merupakan daerah tujuan wisata, tak lebih dari 30 persen," jelasnya.


Herman memperkirakan saat ini jumlah kamar di Bandung mencapai lebih dari 15 ribu kamar. Namun, lanjutnya, tingkat okupansi hotel di Bandung di kisaran 55 sampai 60 persen. "Memang ada hotel yang tingkat okupansinya 90 persen, ada yang sampai 200 persen. Tetapi ada juga yang masih 40 persen," ujarnya.


Dalam waktu dekat akan bermunculan hotel-hotel baru yang saat ini tengah dalam proses pembangunan. Ia memberi contoh daerah Jalan Cihampelas. "Dulu cuma ada tiga. Sekarang kalau semua sudah selesai, jadi ada 13 hotel. Itu baru di Cihampelas saja," katanya.


Oleh karena itu, menurut Herman, perlu promosi yang tepat dan terarah untuk masing-masing hotel. Ia menyebutkan jika lokasi hotel, fasilitas, dan pelayanan bagus ditunjang promosi yang terarah, tak menutup kemungkinan minimal 70 persen tingkat okupansi hotel bisa tercapai.


Selain itu, perlu adanya kerja sama dengan segala pihak, baik antara hotel, hotel dengan biro perjalanan wisata, serta industri pariwisata dengan pemerintah daerah. Ia berharap pemerintah daerah dapat mendorong dan membenahi destinasi wisata untuk menarik kunjungan ke Jawa Barat.


"Seperti Gunung Tangkuban Perahu, Maribaya, dan Ciwedey. Maribaya sekarang sangat kotor, tapi saya dengar sekarang sedang ada perbaikan." katanya.


Hal lain yang disoroti Herman adalah mengenai klasifikasi hotel di Jawa Barat. Ia berharap hotel di Jawa Barat melakukan klasifikasi hotel sesuai standar internasional. "Di Jawa Barat, baru ada 49 hotel yang melakukan standardisasi hotel. Bandingkan di Jawa Timur yang setiap tahunnya ada 25 hotel," katanya.


Salah satu kendala untuk urusan klasifikasi hotel adalah hotel-hotel di Jawa Barat seringkali menghadapi pungutan liar dari oknum-oknum di Dinas Pariwisata Jawa Barat. "Ada hotel yang diminta pungutan liar 5 juta sampai 8 juta. Ternyata ada pungutan-pungutan dari oknum-oknum di Dinas Pariwisata," ujarnya.


Namun, tambah Herman, saat ini oknum-oknum tersebut telah dipindahkan, sehingga hotel-hotel di Jawa Barat bisa tenang mengajukan klasifikasi hotel ke Dinas Pariwisata Jawa Barat.












Anda sedang membaca artikel tentang

Perang Tarif Hotel Mulai Terjadi di Bandung

Dengan url

http://householdfinancialproblems.blogspot.com/2012/10/perang-tarif-hotel-mulai-terjadi-di.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Perang Tarif Hotel Mulai Terjadi di Bandung

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Perang Tarif Hotel Mulai Terjadi di Bandung

sebagai sumbernya

0 komentar:

Post a Comment

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger