Menikmati Kopi dan Warisan Budaya Aceh

Written By Unknown on Sunday, October 28, 2012 | 4:46 PM


BANDA ACEH, KOMPAS.com - Jika Anda berwisata ke Aceh, sebuah provinsi paling barat Indonesia, hal pertama apa yang terlintas dibenak Anda? Bentangan pantai yang indah atau cita rasa mie aceh yang pedas, atau bahkan seruputan kopi yang harum dan nikmat?


Sejak tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh, harum aroma kopi sudah bisa dihirup, menandakan anda akan disambut oleh aneka warung kopi yang mudah dijumpai disepanjang jalan. Mulai dari yang tradisional hingga warung bergaya modern. Beda-beda gaya warung dan café tapi cara menyajikan kopinya tetap sama yakni menyeduh kopi dengan menyaring dengan saringan khas.


Bisnis warung kopi memang semakin menjamur di Kota Banda Aceh seolah ingin mencitrakan, identifikasi Aceh dan kopi. Aceh adalah kopi dan kopi itu Aceh. Bak jamur di musim penghujan, penyedia jasa bagi yang suka menyeruput secangkir kopi, ini tumbuh dan berkembang pesat.


Konsumennya pun tak hanya kaum adam, melainkan juga perempuan, kerap terlihat menikmati minuman berwarna hitam pekat tersebut. Masing-masing warung kopi memiliki khas tersendiri. Mulai dari desain ruangan, meja dan kursi, hingga fasilitas tambahan yang disediakan untuk menarik konsumen. Fasilitas tambahan tersebut bisa berupa TV layar datar, hingga layar lebar (biasa digunakan untuk menonton pertandingan sepak bola) dan yang paling utama adalah fasilitas internet nirkabel.


Jumari Nashir, seorang pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat, mengaku saat ini akses internet memang sudah sangat mudah. "Apalagi untuk mahasiswa yang jangkauan kantongnya begitu terbatas. Jadi sambil minum segelas kopi bisa mengakses dunia, termasuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Bisa dibayangkan, kalau ke warnet menguras lebih banyak biaya, namun kalau di warung kopi, bisa lebih hemat," katanya.


"Untuk saat ini jika warung kopi tidak ada fasilitas internet, pastinya tidak ada pengunjung yang berminat, kecuali warung kopi di desa-desa," ujar Muhammad Nur, pemilik warung kopi Rumoh Aceh.


Muhammad Nur atau yang akrab disapa Manu, mendesain warung kopi miliknya begitu kental dengan nuansa Aceh. Sesuai dengan namanya, Rumoh Aceh, maka rumah adat Aceh, asli pun dijadikan sebagai warung kopi miliknya, yang berlokasi di kawasan Jeulingke Banda Aceh. Tak tanggung-tanggung, rumah Aceh yang dijadikannya warung ini sudah berusia ratusan tahun.


"Rumoh Aceh ini saya dapatkan dari pelosok desa, tepatnya di Desa Wayde Meunasah Ruba, Pidie, dan kemudian saya angkut rumah tradisional ini ke Banda Aceh untuk menjamu pelanggan kopi saya," jelas Manu, yang disambangi Kompas.com, Rabu (24/10/2012).


Kopi yang disajikan Manu pun spesial, yakni kopi bergenre Arabika yang langsung didatangkan dari kebun sendiri di perkebunan kopi di Kabupaten Bener Meriah. Selain kopi Arabika, Manu juga menyediakan menu kopi spesial lainnya yakni Kopi Luwak organik. "Organik disini maksudnya luwaknya tidak dipelihara, melainkan bebas, sementara untuk tumbuhan kopinya juga organik," kata Ayah dua anak ini.


Tak cukup dengan itu, Manu juga menyediakan makanan pendamping seperti kue-kue kelas tradisional dan menu makanan nasi rumahan, yang diminati cukup banyak pelanggan.


Idenya mendirikan warung kopi dengan menggunakan Rumoh Aceh bermula dari cerita tentang rumah adat Aceh yang mulai pudar dan dilupakan masyarakat. Menurut Manu, idenya ini sekaligus mempertahankan dan mengingatkan akan warisan budaya kepada generasi muda dan masyarakat diluar Aceh.


Manu juga menggunakan Rumoh Aceh sebagai label merek kopi yang diproduksinya. Dengan kebun kopi seluas 4 hektare di Dataran Tinggi Gayo, yang dimilikinya, Manu memproduksi sendiri kopi yang dijualnya. Tak hanya itu, ia pun merangkul puluhan petani kopi di kawasan Kabupaten Bener Meriah, dan membeli hasil panen kopi dari para petani tersebut.


Kini, sukses mulai merambah usaha Manu. Kopi-kopi organik produksinya mulai mendapat pasar internasional, diantaranya Kanada, Helsinki, Finlandia, China, dan Amerika. Dengan mempekerjakan 8 karyawan, Warung Kopi Rumoh Aceh memperoleh omzet hingga Rp 5 juta per hari. Jadi, ingin menikmati kopi asli Aceh sekaligus bernostalgia dengan warisan budayanya? Sepertinya singgah ke warung kopi ke Rumoh Aceh, adalah hal wajib dilakukan para wisatawan.












Anda sedang membaca artikel tentang

Menikmati Kopi dan Warisan Budaya Aceh

Dengan url

http://householdfinancialproblems.blogspot.com/2012/10/menikmati-kopi-dan-warisan-budaya-aceh.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Menikmati Kopi dan Warisan Budaya Aceh

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Menikmati Kopi dan Warisan Budaya Aceh

sebagai sumbernya

0 komentar:

Post a Comment

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger